Tiga Orang Mantan Anggota OPM Kembali Kepangkuan NKRI.

By Parlindungan - Tuesday, 24 June 2025
Amus Tabuni, Amute Tabuni, dan Anis Tabuni – secara resmi mengikrarkan kesetiaan mereka kepada NKRI. (Foto: Puspen TNI).
Amus Tabuni, Amute Tabuni, dan Anis Tabuni – secara resmi mengikrarkan kesetiaan mereka kepada NKRI. (Foto: Puspen TNI).

KABARNAS.ID - Tiga mantan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) – Amus Tabuni, Amute Tabuni, dan Anis Tabuni – secara resmi mengikrarkan kesetiaan mereka kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), di halaman sederhana Kantor Koramil 1717‑02/Sinak, pada Minggu sore, 22 Juni 2025. 

Mereka kembali bukan hanya secara fisik, melainkan dengan keikhlasan hati dan tekad bulat.

Acara ini terselenggara berkat kolaborasi TNI–Polri wilayah Sinak dan dihadiri sekitar 30 orang dari berbagai unsur: militer, polisi, pemerintah daerah, tokoh adat, pemuka agama, serta kerabat mereka. Prosesi tersebut bukan sekadar seremoni, tapi juga momentum emosional yang sarat harapan, pengampunan, dan komitmen membangun perdamaian di Tanah Papua.

Kapten Inf Finsa Wahyu, Wakil Komandan Satgas Yonif 700/WYC, yang hadir memberi sambutan penuh haru sekaligus tegas:

“Yang kita saksikan hari ini bukan cuma acara ritual. Ini kemenangan nurani atas senjata, kemenangan harapan atas kebencian. Tiga anak bangsa kembali bukan karena mereka kalah, tapi karena mereka yakin masa depan Papua hanya dalam pelukan Indonesia, bukan lewat kekerasan.”

Kapten Finsa menambahkan bahwa pendekatan humanis dan kehadiran aparat yang bukan hanya sebagai penjaga tapi juga pelindung, menjadi fondasi utama dalam menjaga stabilitas:

“Kami Satgas Yonif 700/WYC tak hanya menjaga perbatasan, tapi hadir sebagai pelindung dan sahabat masyarakat Papua. Karena keamanan sejati bukan datang dari senjata, tapi dari rasa saling percaya.”

Komandan Satgas, Letkol Inf Heraldo Tabasonda, S.Hub, memberikan pernyataan penuh semangat:

“Kembalinya tiga saudara ini jadi bukti nyata bahwa harapan masih hidup di Papua. Ini keberhasilan hati dan kemanusiaan—bukan hanya aparat. Kita tak sedang berperang melawan saudara, tapi berjuang meraih mereka kembali. Satgas kami tak akan lepas dari dialog, mendengar, dan memeluk mereka yang terjerat propaganda separatis.”

Letkol Heraldo kembali menegaskan, bahwa mendahulukan dialog, pendekatan tanpa kekerasan, dan pembinaan terus-menerus akan menjadi pilar operasi ke depan:

“Papua tak butuh konflik baru. Papua butuh tangan yang merangkul. Kami akan tetap ada di tengah masyarakat, memberi rasa aman dan harapan.”

Ketiga saudara Tabuni berdiri tegap di depan Sang Merah Putih dan dengan suara tegas membacakan ikrar setia. Air mata meleleh di pipi mereka. Suasana haru merayapi setiap yang hadir—keluarga, tokoh adat, aparat.

Setelah itu, mereka menandatangani surat pernyataan resmi—sekali lagi menegaskan bahwa mereka telah memilih jalur damai bersama NKRI.

Manus Murib, mewakili keluarga, menyampaikan pidato penuh haru, mengungkapkan rasa terima kasih kepada TNI‑Polri dan berharap kehadiran pos keamanan diperluas ke Distrik Yugumuak:

“Kami percaya, hanya dengan bersatu dan mencintai NKRI, anak-anak kami bisa hidup aman, bersekolah, bermimpi. Kami tak ingin hidup dalam bayang-bayang ketakutan lagi.”

Momen paling menyentuh terjadi saat Amus, Amute, dan Anis Tabuni mencium bendera Merah Putih. Dengan hormat dan penuh harap, luka lama seolah dimaafkan, mereka memeluk kembali bumi pertiwi yang sempat terpisah.

Hening sejenak menyelimuti. Isak tangis terdengar lembut dari kerumunan. Seorang bisik kecil pun terdengar: “Mereka pulang…”

Doa penutup dibacakan oleh Pendeta Yas Murib. Setelahnya, semua pihak – TNI, Polri, tokoh adat, agama, keluarga, dan pemerintah – berkumpul dalam satu foto bersama, sebagai simbol semangat bersatu: membangun Papua damai dalam pelukan Merah Putih.