Suriah - Dalam dua hari penuh bentrokan di wilayah pesisir Mediterania Suriah, lebih dari 1.000 nyawa melayang. Atas peristiwa itu, Presiden Suriah, Ahmed Al Sharaa, menyerukan persatuan dan perdamaian nasional sebagai upaya untuk menenangkan situasi.
Seruan ini disampaikan dari sebuah masjid di Damaskus, menyusul kekerasan yang telah menewaskan seribu orang di sepanjang pantai , menjadikannya peristiwa paling mematikan sejak penggulingan pemerintahan Bashar Al Assad.
“Kita harus menjaga persatuan nasional dan perdamaian sipil sebisa mungkin dan, Insya Allah, kita akan dapat hidup bersama di negara ini,” ujar Sharaa, Senin (10/3/2025).
Lembaga pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights mencatat korban tewas mencapai 745 warga sipil, 125 anggota pasukan keamanan, dan 148 anggota kelompok pendukung Bashar Al Assad.
Kepala observatorium, Rami Abdulrahman, menegaskan bahwa bentrokan yang terjadi di Jableh, Baniyas, dan sekitarnya merupakan kekerasan terburuk dalam konflik sipil Suriah selama 13 tahun terakhir, dengan korban termasuk perempuan dan anak-anak.
Merespons kekacauan yang terjadi, Kementerian Dalam Negeri Suriah menyatakan bahwa pasukan pemerintah tengah melaksanakan "operasi penyisiran" di Qadmous dan desa-desa sekitarnya di provinsi Tartus.
Operasi ini ditujukan untuk mengejar sisa-sisa rezim yang telah digulingkan. Sementara itu, Kantor berita Suriah SANA melaporkan bentrokan juga terjadi di Tanita, sebuah desa di wilayah Tartus.
Di kota Latakia, seorang fotografer AFP melaporkan konvoi militer yang memasuki lingkungan Bisnada untuk menggeledah rumah-rumah warga.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Suriah, Hassan Abdul Ghani, mengonfirmasi bahwa pasukan keamanan telah "memaksakan kembali kendali" atas daerah-daerah yang sebelumnya diserang oleh para loyalis Assad.
Menyusul serangan yang semakin meningkat, Menteri Pendidikan Suriah, Nazir Al Qadri, mengumumkan bahwa sekolah-sekolah di Latakia dan Tartus akan tetap ditutup pada hari ini (9/3) dan besok (10/3). Selain itu, SANA melaporkan pemadaman listrik di seluruh provinsi Latakia akibat serangan terhadap jaringan listrik oleh para loyalis Assad.
Menurut sumber dari Kementerian Pertahanan, pasukan telah memblokir jalan menuju pantai guna mencegah terjadinya "pelanggaran", meskipun pihak tersebut belum menyebutkan secara rinci siapa yang bertanggung jawab.
Direktur Keamanan Provinsi Latakia, Mustafa Kneifati, menyatakan kepada SANA, "Kami tidak akan membiarkan adanya hasutan atau penargetan terhadap komponen manapun dari rakyat Suriah." Pernyataan ini menunjukkan tekad pemerintah untuk mempertahankan stabilitas dan menghindari konflik yang lebih luas.
Di tengah situasi penuh ketegangan dan tragedi kemanusiaan, seruan Presiden Sharaa untuk persatuan nasional menjadi secercah harapan bagi rakyat Suriah yang lelah dengan konflik berkepanjangan. Dengan upaya militer yang terus berlangsung dan langkah-langkah pencegahan terhadap kerusuhan, pemerintah berharap dapat mengembalikan ketenangan dan membuka jalan bagi rekonsiliasi nasional.
Meski jalan menuju perdamaian masih panjang, seruan persatuan dan komitmen pemerintah untuk mengendalikan situasi menjadi pesan yang menguatkan bagi masyarakat Suriah dalam menghadapi masa-masa sulit ini.