Jakarta – Ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran mendorong Amerika Serikat meningkatkan kehadiran militernya di kawasan Timur Tengah.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menyatakan bahwa pengerahan ini bersifat defensif guna memperkuat postur pertahanan Washington di wilayah tersebut.
Langkah ini memicu perhatian global, terutama terkait jenis dan skala kekuatan yang digerakkan AS dari darat, udara, dan laut.
Dominasi Udara: Jet Siluman dan Armada Pengisian Bahan Bakar
AS mengirimkan sejumlah jet tempur canggih, termasuk F-16, F-22 Raptor, dan F-35 Lightning II. Ketiga pesawat ini memiliki spesialisasi masing-masing, dari kemampuan tempur fleksibel hingga teknologi siluman dan peperangan elektronik tingkat tinggi.
Untuk mendukung daya jangkau dan keberlangsungan misi udara, pesawat tanker seperti KC-135R dan KC-46A Pegasus turut dikerahkan, memungkinkan operasi tempur jarak jauh mencapai wilayah-wilayah strategis seperti Iran.
Ancaman Udara: Bomber Strategis Siaga di Diego Garcia
AS juga memperkuat pangkalan militernya di Diego Garcia, Samudera Hindia, dengan pembom strategis B-2 Spirit dan B-52H Stratofortress. Kedua pesawat ini mampu membawa senjata konvensional dan nuklir, termasuk bom penembus bunker yang dibutuhkan untuk menarget fasilitas nuklir bawah tanah seperti Fordow di Iran.
Operasi Laut: Kapal Perang dan Kelompok Tempur Induk Bergerak
Kapal-kapal perang AS, termasuk kapal tempur pesisir dan kapal pemburu ranjau, telah aktif di bawah Komando Sentral AS (CENTCOM), usai meninggalkan pelabuhan Manama, Bahrain.
Dua kelompok tempur kapal induk, USS Carl Vinson dan USS Nimitz, juga dikerahkan. Mereka membawa armada lengkap jet tempur, pesawat elektronik, dan helikopter serbu serta anti-kapal selam, memperkuat fleksibilitas serangan dan pertahanan di laut Arab dan sekitarnya.
Pertahanan Rudal dan Sinyal Strategis: "Doomsday Plane" Terbang
AS juga mengalihkan satu batalyon sistem pertahanan udara Patriot dari kawasan Pasifik ke Timur Tengah. Sistem ini dikirim melalui 73 penerbangan C-17 dan dikenal efektif menangkal ancaman rudal balistik hingga hipersonik.
Sementara itu, pesawat komando E-4B Nightwatch—dijuluki "Doomsday Plane"—terpantau terbang di atas wilayah AS awal pekan ini.
Meski tidak ditujukan langsung ke Timur Tengah, kehadirannya menyampaikan pesan strategis kesiapsiagaan penuh Washington dalam skenario eskalasi krisis.[]