Tarutung – Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara terus berinovasi dalam mengoptimalkan potensi sumber daya alam lokal.
Hal ini ditandai dengan partisipasi langsung Bupati Taput, Dr. Jonius Taripar Parsaoran Hutabarat, S.Si, M.Si, dan Wakil Bupati, Dr. Deni Lumbantoruan, M.Eng, dalam Rapat Koordinasi Nasional Eksplorasi Kemenyan dan Pengolahan Limbah Enceng Gondok menjadi Pupuk Organik, yang dipimpin langsung oleh Ketua Dewan Energi Nasional (DEN), Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan.
Rakor tersebut dilaksanakan secara virtual melalui Zoom Meeting dari ruang kerja Bupati Taput di Tarutung, Senin (7/7/2025), dan turut dihadiri Dandim 0210/TU Letkol Kav. Ronald Tampubolon, S.H, M.Han, serta perwakilan lintas instansi dari wilayah Tapanuli dan sekitarnya.
Potensi Besar Kemenyan Taput, Didorong Riset dan Teknologi
Dalam pemaparannya, Bupati Taput menyampaikan bahwa wilayahnya memiliki sekitar 1,9 juta batang pohon kemenyan, yang terbagi dalam tiga kategori: belum produktif, produktif, dan tidak produktif. Namun demikian, produktivitas per pohon masih tergolong rendah.
“Saat ini produksi kemenyan rata-rata hanya 300 gram per batang per tahun, dengan panen satu kali. Kami berharap melalui dukungan teknologi dan riset, produksi bisa meningkat hingga 700 gram dan panen dua kali dalam setahun,” kata Bupati.
Bupati juga menekankan pentingnya penyediaan bibit unggul dan penerapan metode penyadapan modern yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Menanggapi hal ini, Luhut Binsar Pandjaitan menekankan pentingnya riset terintegrasi dan berkelanjutan.
Ia mengajak para peneliti, pemerintah daerah, dan petani untuk mempercepat inovasi, terutama dalam pengembangan bibit unggul melalui kultur jaringan atau rekayasa genetika.
“Kita tidak boleh puas menjadi pengekspor bahan mentah. Kemenyan adalah warisan kita, dan harus dikelola secara ilmiah. Jangan cuma diskusi, segera lakukan aksi,” tegas Luhut.
Limbah Enceng Gondok Disulap Jadi Pupuk Organik
Selain eksplorasi kemenyan, rakor ini juga membahas rencana pengolahan limbah enceng gondok menjadi pupuk organik.
Inovasi ini digagas sebagai solusi atas invasi enceng gondok di kawasan Danau Toba yang selama ini menjadi masalah lingkungan.
Melalui pendekatan teknologi ramah lingkungan, limbah ini diharapkan bisa memberi nilai tambah ekonomi sekaligus membuka peluang usaha baru bagi masyarakat lokal, terutama di sektor pertanian dan pengelolaan lingkungan.
Kolaborasi Multisektor Jadi Kunci
Rakor ini diikuti oleh berbagai pihak, termasuk Direktur Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura (TSTH2), para akademisi dari Universitas Padjadjaran, Danrem, Dandim, serta pejabat dari Pemkab Tapanuli Utara, Toba, Humbang Hasundutan, dan Samosir.
Kehadiran para pihak ini menunjukkan komitmen bersama untuk mendorong inovasi berbasis potensi lokal yang berkelanjutan.
Sinergi lintas sektor ini diharapkan menjadi langkah nyata dalam mempercepat pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam dan keilmuan, yang tidak hanya bermanfaat bagi Taput, tapi juga kawasan Danau Toba secara keseluruhan.(Loksa Situmeang)