Medan – Sebuah rumah mewah dua lantai berwarna putih abu-abu yang berdiri megah di kawasan Jalan Srimpi Raya, Kecamatan Medan Tuntungan, mendadak jadi sorotan publik setelah viral di media sosial pada Rabu (25/6/2025).
Rumah itu disebut-sebut sebagai milik Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Sumatera Utara, Topan Obaja Ginting.
Dalam unggahan akun Instagram @potretdeliserdang.news, rumah tersebut tampak dilengkapi pagar tinggi dan desain arsitektur modern yang disebut-sebut bernilai miliaran rupiah.
Netizen pun mempertanyakan dari mana seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) bisa memiliki properti semewah itu.
"Viral! Rumah mewah diduga milik Kadis PUPR Sumut. Warganet: Gaji ASN bisa bangun istana," tulis akun tersebut dalam unggahan fotonya.
Disebutkan pula dalam narasi unggahan tersebut bahwa sejumlah warga sekitar mengaitkan rumah tersebut dengan nama Topan Ginting.
Padahal, dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang ia sampaikan hingga akhir 2023, Topan hanya melaporkan total kekayaan sebesar Rp4,06 miliar.
Menanggapi kabar tersebut, Topan Ginting membantah dengan tegas bahwa rumah yang beredar di media sosial adalah miliknya. Ia menyebut informasi tersebut keliru dan merugikan secara pribadi.
"Pertama saya mau sampaikan, bahwa rumah yang berada dalam gambar itu bukan rumah saya," ujarnya saat ditemui di kantor Dinas PUPR Sumut, Rabu (25/6/2025).
Topan juga menyayangkan pemberitaan yang tidak dikonfirmasi lebih dulu kepada dirinya. Ia menganggap bahwa penyebaran informasi tanpa dasar bisa mencemarkan nama baik dan melanggar privasi.
"Saya juga bingung rumah itu punya siapa. Saya menyesalkan adanya berita yang seolah-olah mengarah ke saya, padahal itu bukan milik saya," tuturnya tegas.
Ia pun menegaskan bahwa dirinya ingin tetap fokus bekerja dan tidak terganggu dengan isu-isu pribadi yang belum tentu kebenarannya.
"Kalau mau mengkritisi, kritisilah pekerjaan saya sebagai Kepala Dinas. Saya baru beberapa bulan menjabat, dan saya ingin fokus membangun infrastruktur Sumatera Utara," katanya.
Topan juga berharap publik bisa lebih bijak dalam menyikapi informasi yang beredar, serta tidak menjadikan privasi seseorang sebagai bahan spekulasi.[]