Makassar – Aksi unjuk rasa yang berlangsung di depan Gedung DPRD Makassar, Sulawesi Selatan, pada Jumat kemarin (29/8), berujung pada kekacauan yang tak terkendali. Ketegangan meningkat ketika massa membakar sebagian gedung, sementara akses jalan terhalang oleh kerumunan besar.
Keadaan semakin buruk saat armada pemadam kebakaran kesulitan memasuki lokasi. Namun, di tengah situasi tersebut, Panglima Divisi Infanteri 3 Kostrad (Pangdivif 3 Kostrad), Mayjen TNI Bangun Nawoko, langsung turun ke lokasi bersama prajuritnya untuk mengatasi kerusuhan.
Dengan sigap, pasukan Kostrad bekerja keras membuka jalur bagi mobil pemadam kebakaran yang terhambat oleh kerumunan, sekaligus menenangkan para demonstran. Tak hanya itu, prajurit Kostrad juga aktif membagikan air minum kepada warga yang terdampak dan memberikan pertolongan pertama kepada mereka yang terluka akibat kerusuhan tersebut.
Kehadiran Divisi Infanteri 3 Kostrad di lokasi aksi menjadi bukti nyata komitmen TNI untuk selalu hadir di tengah masyarakat, menjaga keamanan dan keselamatan, serta mengutamakan kesejahteraan rakyat. Aksi ini juga menunjukkan bahwa prajurit Kostrad tidak hanya terlatih untuk bertempur di medan perang, namun juga siap turun tangan saat rakyat membutuhkan bantuan di situasi yang penuh ketegangan.
Aksi unjuk rasa tersebut terjadi saat masyarakat dan mahasiswa menggelar protes terkait dua isu penting. Salah satunya adalah kenaikan tunjangan anggota DPRD yang dianggap tidak pantas, dan lainnya adalah insiden tragis yang melibatkan seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, yang meninggal setelah dilindas kendaraan taktis Brimob.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol DPRD Makassar, Syahril, mengonfirmasi bahwa sejauh ini tercatat enam korban yang terlibat dalam kebakaran gedung. Empat di antaranya meninggal dunia, termasuk dua anggota Satpol PP, Budi, dan Kepala Seksi Kesejahteraan Kecamatan Ujung Padang, Syaiful Akbar. Kedua korban berusaha menyelamatkan diri dengan melompat dari lantai tiga saat api mulai membesar. Namun, mereka tidak dapat diselamatkan dan dinyatakan meninggal setelah dilarikan ke Rumah Sakit Grestelina.
Dua korban lainnya, Muhammad Akbar Basri, staf protokol DPRD, dan Syahrina, ajudan anggota DPRD, juga ditemukan tewas setelah terjebak di lantai dua saat api membakar gedung. Syahril menambahkan, korban perempuan meninggal akibat terjebak dalam kebakaran, sementara korban pria meninggal saat mencari rekannya yang terperangkap.
Selain korban tewas, dua orang lainnya mengalami luka-luka dan masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Grestelina, yaitu petugas kebersihan dan seorang pegawai DPRD. Kebakaran ini terjadi ketika rapat paripurna di DPRD Makassar sedang berlangsung sekitar pukul 19.00 WITA. Para peserta rapat tidak menduga aksi massa akan berujung pada pembakaran gedung, dan ketika api mulai membesar, sebagian besar langsung menyelamatkan diri melalui pintu belakang.
Kepala Bidang Operasi Pemadam Kebakaran Makassar, Cakrawala, melaporkan bahwa petugas telah berusaha maksimal mengevakuasi korban dan memadamkan api. Namun, meskipun upaya keras dilakukan, kebakaran meluas, hingga merembet ke gedung DPRD Sulawesi Selatan.
Sebagai informasi, para demonstran mengklaim bahwa mereka kecewa dengan keputusan DPRD yang menyetujui kenaikan tunjangan anggota dewan, di tengah situasi sosial dan ekonomi yang sulit. Selain itu, protes ini juga terkait dengan keadilan atas kematian Affan Kurniawan, yang memicu kemarahan warga terhadap aparat keamanan.
Kerusuhan ini mengundang perhatian luas, namun di balik kekacauan tersebut, Divisi Infanteri 3 Kostrad menjadi simbol kekuatan TNI yang senantiasa berdedikasi untuk melindungi rakyat, bahkan di tengah situasi paling genting sekalipun.