Samsung di Persimpangan: Tarik Ulur Investasi dan Tarif AS Ancam Masa Depan

By Sehat Siahaan - Saturday, 12 April 2025
Pabrik Samsung yang berada di Vietnam
Pabrik Samsung yang berada di Vietnam

Jakarta — Saat Ketua Samsung Electronics, Jay Y. Lee, bertemu dengan Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh pada Juli lalu, ia menyampaikan pesan yang sarat makna strategis: "Keberhasilan Vietnam adalah keberhasilan Samsung."

Ia menegaskan komitmen investasi jangka panjang guna menjadikan Vietnam sebagai pusat produksi utama layar Samsung.

raksasa teknologi Korea Selatan ini telah mengucurkan dana miliaran dolar untuk memperluas rantai produksinya, terutama setelah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump mendorong perusahaan global untuk meninggalkan China.

Hasilnya, Samsung kini menjadi investor asing terbesar sekaligus penyumbang ekspor utama Vietnam.

Meski tarif 10% ditangguhkan selama 90 hari, Reuters melaporkan bahwa Samsung dan para pemasoknya tengah bersiap untuk dampak terburuk. 

Sejumlah sumber menyebutkan adanya kebingungan internal dan potensi relokasi produksi ke India atau Korea Selatan, meski langkah tersebut memerlukan waktu dan biaya tinggi.

Samsung belum memberikan komentar resmi, hanya menegaskan akan merespons ancaman tarif dengan fleksibilitas pada rantai pasokan globalnya. 

Sementara itu, pemerintah Vietnam juga belum menanggapi permintaan komentar.

Apple, pesaing utama Samsung, menghadapi tekanan lebih besar karena sekitar 80% iPhone yang dijual di AS berasal dari China, yang kini dikenai tarif 145%. Apple pun belum memberikan pernyataan.

Vietnam Mulai Kehilangan Daya Saing

Tarif bukan satu-satunya tantangan Vietnam. Lonjakan investasi asing membuat infrastruktur kelistrikan tertekan, pajak perusahaan meningkat seiring kebijakan global baru dari OECD, serta kelangkaan tenaga kerja terampil yang mendorong naiknya upah. 

Situasi ini dikhawatirkan mengurangi daya tarik Vietnam sebagai basis manufaktur dibanding negara seperti India.

Ekonom dari Nomura memperkirakan bahwa kondisi ini bisa menjadi keuntungan bagi India, yang sedang mengupayakan kesepakatan dagang dengan AS. 

Sementara itu, Vietnam telah memberi berbagai konsesi kepada AS dan menjadi salah satu negara pertama yang memulai perundingan dagang pasca moratorium tarif “timbal balik.”

Namun, pelaku usaha tetap gelisah. Ketua Kamar Dagang Korea di Vietnam, Ko Tae-yeon, mengakui adanya "kepanikan" awal dan menyebut beberapa perusahaan telah bersiap untuk mengurangi tenaga kerja lokal. Kini, banyak yang bersikap menunggu dan melihat perkembangan.

Salah satu opsi bagi Samsung adalah memindahkan sebagian produksi untuk pasar AS ke pabrik di Gumi, Korea Selatan. 

Produksi di India juga bisa ditingkatkan, tetapi saat ini negara itu hanya mampu menangani sekitar 20% produksi global Samsung.

Menurut BMI Research, produk elektronik menyumbang hampir 45% ekspor Vietnam ke AS. Dengan potensi penurunan permintaan akibat tarif, Samsung dan produsen lain kemungkinan akan memangkas output.

Samsung juga memproduksi TV, peralatan rumah tangga, dan layar di Vietnam, dengan total nilai ekspor mencapai sekitar $54 miliar tahun lalu—sekitar 15% dari total ekspor negara itu. Di tengah ketidakpastian ini, keresahan mulai dirasakan di tingkat pekerja.

“Saya khawatir mereka akan memangkas semuanya,” kata Nguyen Thi Hao, pekerja pabrik Samsung di Thai Nguyen, Vietnam utara.[]