8.052 Calon Siswa Gagal Ikut SPMB Jateng 2025, Disdikbud: Akibat Teledor dan Tak Lengkapi Administrasi

By Sehat Siahaan - Saturday, 14 June 2025
Ilustrasi Siswa yang gagal ikut SPMB
Ilustrasi Siswa yang gagal ikut SPMB

Semarang - Sebanyak 8.052 calon murid baru (CMB) dipastikan gagal mengikuti Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) jenjang SMA dan SMK negeri di Jawa Tengah tahun 2025. Pasalnya, mereka tidak melakukan aktivasi akun hingga batas waktu terakhir verifikasi pada Kamis (12/6/2025).

Data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah mencatat, 337.263 siswa telah mendaftar dalam sistem online SPMB sejak 26 Mei hingga 12 Juni 2025. Namun, sekitar 2,4 persen dari jumlah tersebut tidak menyelesaikan proses verifikasi.

"Tidak ada akun yang ditolak. Mereka gagal karena tidak mengaktivasi akun sampai batas akhir. Bukan karena ditolak, tapi karena kelengkapan administrasi belum terpenuhi," jelas Kasubag Program Disdikbud Jateng, Roberto Agung Nugroho, saat ditemui pada Jumat (13/6/2025).

Menurutnya, banyak dari mereka yang gagal aktivasi karena tidak memahami tahapan jadwal, lupa, atau memang memutuskan untuk beralih ke sekolah swasta. Ia menambahkan, ada pula orang tua siswa yang datang setelah tahapan ditutup, berharap anaknya bisa diverifikasi secara manual.

"Kami sudah umumkan batas waktu aktivasi lewat laman resmi. Kalau lupa atau menyepelekan, ya risikonya seperti ini," tegas Roberto.

Akibat kelalaian tersebut, ribuan siswa otomatis hanya bisa melanjutkan pendidikan di sekolah swasta, karena sistem tertutup bagi akun yang tak aktif.

Sementara itu, sebanyak 329.211 akun berhasil diverifikasi dan diaktivasi dan akan melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu pemilihan sekolah pada 14–18 Juni 2025. Namun tantangan belum berakhir, sebab dari jumlah itu, hanya 227.624 kursi tersedia di SMA dan SMK negeri.

Artinya, sekitar 101.569 siswa lainnya akan tersingkir dari sistem seleksi karena keterbatasan daya tampung.

"Jadi bukan hanya yang tidak aktivasi yang gagal. Bahkan yang sudah verifikasi pun belum tentu lolos ke sekolah negeri," ujar Roberto.

Kondisi ini kembali menyoroti tantangan klasik dalam sistem penerimaan siswa di sekolah negeri, terutama terkait kapasitas dan sosialisasi tahapan. Disdikbud Jateng pun diimbau untuk lebih aktif memberikan edukasi agar kejadian serupa tak terulang di masa mendatang.